“Energi seismik yang dihitung dengan metode perata-rataan nilai amplitudo atau yang disebut Real time Seismic Amplitude Measurements (RSAM) menunjukkan fluktuasi energi dengan kecenderungan energi lebih rendah dalam periode dua pekan terakhir terakhir ini dan masih di bawah ambang energi periode sebelumnya,” ujar dia.
Secara umum lanjut Stanis, jumlah gempa alami penurunan, tetapi terjadi peningkatan gempa Vulkanik dalam yang mengindikasikan suplai magma dalam, namun peningkatan energi seismik tidak meningkatkan energi seismiknya.
Disamping itu itu juga berdasarkan data pengukuran Elektonic Dsstance Measurement (EDM) pada periode dua minggu terakhir menghasilkan fluktuasi jarak miring dalam rentang 0,78 sampai 0,87 sentimeter diukur LWT1 dan 0,57 sampai 1,23 sentimeter di titik LTW2.
“Berdasarkan hasil pengamatan instrumental tersebut PVMBG kemudian melihat potensi ancaman bahaya yang ditimbulkan dari gunung tersebut,” kata dia.
Sampai dengan saat ini suplai fluida magmatik dangkal dan dalam masih terjadi di gunung tersebut. Hal ini diindikasikan dari terekamnya tremor harmonik gempa vulkanik dangkal dan vulkanik dalam.
“Dengan adanya data deformasi EDM memperlihatkan belum adanya perubahan yang signifikan pada tubuh Gunung Ile Lewotolok,” ujarnya.