Berita, Jakarta – Pendiri NII Crisis Center Ken Setiawan beberapa waktu lalu mengeluarkan rilis tentang Persamaan antara FPI dan Taliban di beberapa media online.
Banyak pro dan kontra terhadap pernyataan Ken tersebut, Ketika di hubungi oleh Redaksi, selasa (24/08/2021) melalui whatsapp nya, Ken Mengatakan bahwa apa yang di lakukan oleh FPI dan taliban tidak jauh dengan apa yang telah di lakukan oleh NII selama ini.
Ken menambahkan bahwa NKRI sudah final dengan Pancasila dan keberagaman dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika, oleh karena itu pentingnya semua pihak menjaga Indonesia bersama-sama.
Seperti di beritakan sebelumnya Mantan Anggota Negara Islam Indonesia (NII) yang kini mendirikan pusat rehabilitasi kelompok radikal NII Crisis Center mengatakan bahwa pada sejatinya FPI ataupun Taliban didirikan dengan akidah yang baik yaitu ahlusunah waljamaah, akan tetapi para pimpinan mereka salah bergaul dan terkontaminasi dengan kelompok-kelompok tertentu yang akhirnya membuat wawasan kebangsaan mereka turut berubah menjadi radikalisme atas nama agama.
Berikut adalah Biodata dan Fakta menarik tentang Ken Setiawan :
Pemuda kelahiran Kebumen 10 September 1979, Ken pernah bergabung menjadi anggota di Negara Islam Indonesia (NII). Salah satu organisasi yang terlarang di Indonesia dan dibubarkan pada 1962 silam.
Awal mulanya ia bergabung yaitu waktu pergi ke Jakarta dalam rangka mengikuti pertandingan pencak silat pada 2000-an, namun sebelum pertandingan Ken ingin berjumpa dengan teman-temannya yang lebih dulu merantau ke Ibu Kota.
Kekagumannya terhadap keislaman kawan-kawannya di landasin dengan alasan masih ada anak muda di Kota Metropolitan yang mendalami ilmu Alquran.
Ketika bertemu dengan rekan-rekannya tersebut, Ken diajak berdebat soal agama dan menggunakan ayat-ayat Alquran. Lantaran waktu itu bekal agamanya masih minim, ia pun kalah berdebat dan menganggap mereka benar.
Semua Argumen yang ia keluarkan ternyata bisa mereka patahkan. Sejak saat itu ia mulai sering mempelajari dan ikut dalam kegiatan NII.
Perekrut Terbaik dan Jadi Petinggi
Karena usahanya waktu itu, Ken bahkan pernah dinobatkan sebagai perekrut terbaik sampai mendapat penghargaan.
Ken menjelaskan dalam upayanya merekrut anggota baru dan menyebarkan pemahamannya, Ken menyebut itu dilakukan dengan berbagai cara bahkan menghalalkan segala cara.
Termasuk menghalalkan untuk mencuri, bahkan mengkafirkan orang lain termasuk orangtuanya sendiri yang belum masuk jaringan tersebut.
Ken menjabarkan kebanyakan target rekrut yang dituju adalah mereka yang pertama kali pindah ke Ibu Kota hingga kalangan remaja, anak muda mahasiswa yang tengah mencari jati diri.
Ken menjabarkan kebanyakan target rekrut yang dituju adalah mereka yang pertama kali pindah ke Ibu Kota hingga kalangan remaja, anak muda mahasiswa yang tengah mencari jati diri.
Bahkan, Ken pernah dinobatkan sebagai perekrut terbaik di awal tahun 2000-an. Ken sendiri menyebut pernah bergabung dalam organisasi ini sekira tiga tahun lamanya. Dan sempat menjadi petinggi kelompok radikal tersebut.
Hingga akhirnya Ken memutuskan berhenti dan keluar dari NII, dan mendirikan NII Crisis Center sebagai pusat rehabilitasi korban jaringan NII maupun organisasi radikal sejenis lainnya.
Keluar dan Mendirikan NII Crisis Center
Mulai sadar bahwa yang ia lakukan telah melenceng dari ajaran Islam yang sebenarnya, Ken memutuskan untuk keluar dari kelompok tersebut.
Ken tak peduli meski keputusannya dianggap murtad bahkan munafik dan pengkhianat oleh kelompok radikal tersebut.
Untuk menebus kesalahannya yang kala itu menjerumuskan banyak orang dalam kelompok radikal, Ken memutuskan untuk mendirikan NII Crisis Center dimana menjadi pusat rehabilitasi bagi korban jaringan NII maupun organisasi radikal sejenis lainnya.
Ken berharap untuk menghindari kelompok radikal tersebut hendaknya masing-masing meningkatkan rasa nasionalisme dan tak menganggap kelompoknya lah yang paling benar. (BDU | RED)