“Tantangan dan kesulitan itu pada musim kemarau panjang, karena suhu air cenderung dingin yang menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi lambat. Ditambah juga bakteri pengurai kotoran atau amoniak yang mudah mati, sehingga tidak bisa mengurai kotoran ikan secara maksimal yang akhirnya lama-kelamaan ikan terkena penyakit. Jadi kami harus berhati-hati dalam menebar bibit agar tidak merugi,” jelasnya.
Untuk sistem pengairan pada kolam-kolam lele miliknya, Sudarsono menggunakan sistem full kocor 24 jam dengan memanfaatkan sumber air irigasi dari mata air pegunungan di desanya.
Ditanya tentang biaya pakan yang harus dikeluarkan setiap harinya dengan kondisi 48 kolam, ia menyebut sekitar Rp 4 Juta.
Sedangkan untuk keuntungan bersih yang didapat setelah dikurangi biaya operasional untuk pakan dan gaji pegawai mencapai belasan juta per bulan. “Profit sebulan bersih itu Rp 10-12 Juta,” pungkasnya.