Tutup Iklan
Opini

Pentingnya Menjaga Defisit APBN dalam Batas 3% untuk Stabilitas Ekonomi

24
×

Pentingnya Menjaga Defisit APBN dalam Batas 3% untuk Stabilitas Ekonomi

Sebarkan artikel ini
Pentingnya Menjaga Defisit APBN dalam Batas 3% untuk Stabilitas Ekonomi
M. Ainul Yaqin Ahsan Pengamat Politik asal Lamongan Jawa Timur (Dok: Istimewa)

Jatuh Tempo Utang dan Tantangan Fiskal di Masa Depan

Menghadapi tantangan ini, Indonesia harus bijak dalam mengelola utang. Pada tahun 2025, negara ini akan menghadapi jatuh tempo utang sebesar sekitar Rp800 triliun. Ini adalah beban yang besar dan membutuhkan strategi pengelolaan utang yang cermat. Pemerintah perlu memastikan bahwa utang yang jatuh tempo dapat dikelola dengan baik melalui penerbitan obligasi baru atau restrukturisasi utang, tanpa menambah beban fiskal secara signifikan. Selain itu, pemerintah harus berhati-hati dalam merancang kebijakan populis yang dapat memberikan tekanan tambahan terhadap APBN. Misalnya, janji-janji politik seperti pemberian makan gratis mungkin terdengar menarik, tetapi jika tidak dikelola dengan baik, kebijakan ini dapat meningkatkan pengeluaran negara secara signifikan dan memperburuk defisit anggaran.

Berita Ini Di Sponsorin Oleh :
Scroll Ke Bawah Untuk Lihat Konten

Transparansi dalam Pengelolaan Fiskal: Kunci Kepercayaan Investor

Transparansi adalah kunci dalam membangun kepercayaan investor. Pemerintah perlu memberikan penjelasan yang jelas dan transparan mengenai rencana pengelolaan utang dan kebijakan fiskal jangka panjang. Misalnya, bagaimana pemerintah berencana untuk membayar utang yang jatuh tempo, dan bagaimana strategi mereka untuk menjaga defisit tetap terkendali. Komunikasi yang efektif mengenai strategi pengelolaan utang dan pengeluaran publik dapat membantu meredakan kekhawatiran investor dan meningkatkan kepercayaan terhadap stabilitas ekonomi Indonesia.

Dampak Faktor Eksternal terhadap Stabilitas Ekonomi

Selain tantangan domestik, Indonesia juga harus menghadapi tekanan dari faktor eksternal. Salah satu tantangan utama adalah penguatan dolar AS, yang dapat menyebabkan keluarnya modal asing dari pasar Indonesia. Investor cenderung mencari imbal hasil yang lebih tinggi dan lebih aman di pasar internasional, yang dapat menyebabkan penurunan nilai tukar rupiah dan tekanan terhadap pasar keuangan domestik. Inflasi global juga merupakan tantangan yang tidak bisa diabaikan. Kenaikan harga komoditas dan biaya impor dapat memicu inflasi domestik, yang pada akhirnya mempengaruhi daya beli masyarakat. Pemerintah harus siap dengan kebijakan yang tepat untuk menjaga stabilitas harga dan mengurangi dampak inflasi global terhadap perekonomian domestik.