Tangerang Selatan – Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan terus melakukan upaya penurunan stunting.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dr.Allin Hendalin Mahdaniar mengatakan stunting adalah masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang sehingga mengakibatkan tinggi badan anak tidak sesuai dengan tinggi badan anak lain seusianya.
Allin menjelaskan Berdasarkan data dari EPPGBM, Angka kasus Stunting Tahun 2022 di Kota Tangerang Selatan yaitu 1,15% dari jumlah balita dengan Jumlah kasus tertinggi di Kecamatan Ciputat Timur (1,66%).
“Berdasarkan Hasil Pelaksanaan Survey Status Gizi Indonesia (SSGI), Angka Stunting di Provinsi Banten mengalami penurunan dari 24,5% (Tahun 2021) menjadi 20% ( Tahun 2022. Data SSGI di Kota Tangerang Selatan angka stunting mengalami penurunan dari 19,9% (Tahun 2021) menjadi 9% (Tahun 2022),” ujar Allin kepada Tangerangraya.net, dalam keterangan resminya, ditulis Selasa, (31/1/2023).
“Faktor Penyebab stunting di Kota Tangerang Selatan antara lain masih rendahnya pemahaman masyarat tentang pola asuh yang baik, lingkungan tempat tinggal mengalami kasus penyakit menular, keluarga buang besar sembarang, kehamilan dengan status gizi kurang, calon pengantin terpapar asap rokok dan mengalami kurang energi kronik, tidak menggunakan kb pasca salin, paparan asap rokok dan pemahaman yang rendah terhadap buku KIA dan stunting,” ungkap Allin.
Allin menyampaikan upaya yang telah Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan lakukan untuk percepatan penurunan stunting antara lain ialah:
1. pelaksanaan Program Ngider Sehat untuk mendekatkan upaya promotif, preventif dan kuratif kepada masyarakat.
2. Melaksanakan musyawarah masyarakat Kelurahan sebelum pembentukan pos gizi.
3. Pembentukan pos gizi disetiap kelurahan.
4. Pemberian Makanan Tambahan Penyuluhan untuk menberikan edukasi kepada masyarakatnl tentang gizi.
5. Edukasi kepada masyarakat terkait 1000 hari pertama kehidupan untuk pencegahan terjadinya stunting.
6. Penyegaran kader posyandu untuk pengukuran antropometri di posyandu.
7. Deteksi dini balita dengan SDIDTK.
8. Tatalaksana rujukan balita yang saat ditimbang tidak mengalami kenaikan berat badan ke puskesmas untuk diberikan intervensi.
9. Pelaksanaan Manajemen terpadu balita sakit dan gizi buruk.
10. Koordinasi dengan perangkat daerah lainnya seperti Badan Perencanaan Dan Penelitian Pengembangan Pembangunan Daerah, Dinas Ketahanan Pangan Pertanian Dan Perikanan,DP3AP2KB, Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil, Dinas Pemukiman Dan Pemakaman, Dinas Cipta Karya, Dinas Kominfo, Dinas Pendidikan terkait konvergensi percepatan penurunan stunting.
11. Pelaksanaan pendampingan terhadap keluarga berisiko stunting.
12. Pemeriksaan kesehatan calon pengantin di fasilitas kesehatan.
13. Skrining anemia remaja putri dengan pemeriksaam hawmoglobin pada remaja putri.
14. Pemberian tablet tambah darah bagi remaja putri.
15. Skrining dan deteksi dini ibu hamil resiko tinggi, ibu bersalin dan bayi balita resiko tinggi.
16. Sosialisasi dan tatalaksana KB Pasca Salin.
17. Pembangunan jamban bekerjasama dengan CSR dan Perangkat Daerah Lainnya.
18. Mengadakan webinar bekerja sama dengan ahli gizi dan dokter spesialis kepada masyarakat/ kader kesehatan dengan materi yang berkaitan dengan gizi dan kesehatan untuk percepatan penurunan stunting.
19. Pekan ibu hamil sehat di tempat tempat umum seperti pusat perbelanjaan, pasar, mall dan lainnya.
20. Menfasilitasi rujukan balita stunting untuk ditangani di fasilitas kesehatan lebih lanjut.
21. Monitoring dan pembinaan kader pos gizi.
22. Penjaringan kesehatan siswa sekolah dan tindak lanjut hasil penjaringan kesehatan.
23. Pembinaan kader remaja dan pembentukan konselor sebaya.
24. Pembentukan Posyandu Remaja di masing masing kelurahan. (***)
Turun 9 Persen, Begini Langkah Dinkes Tangsel Soal Percepatan Penurunan Stunting
×
Turun 9 Persen, Begini Langkah Dinkes Tangsel Soal Percepatan Penurunan Stunting
Sebarkan artikel ini